Raeni Lulus Dengan IPK 3,98
Mugiyono yang berprofesi sebagai tukang becak di Kelurahan
Langenharjo, Kendal, mungkin jadi orang paling bahagia karena anaknya, Raeni
lulus dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan IPK 3,96 (Sumlade).
Bahkan Raeni tak malu datang ke acara wisuda diantar bapaknya naik becak.
Raeni wisudawan dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas
Ekonomi (FE) berkali-kali membuktikan prestasinya beberapa kali memperoleh
indeks prestasi 4, sempurna. Penerima beasiswa Bidikmisi ini memiliki cita-cita
meneruskan kuliah ke Inggris.
"Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah
lagi. Pengin-nya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa
lagi," kata gadis yang bercita-cita jadi guru tersebut seperti dikutip
dari situs resmi Universitas Negeri Semarang, http://unnes.ac.id, Rabu (11/6/2014).
Raeni menunjukkan tekad baja agar bisa menikmati masa depan
yang lebih baik dan membahagiakan keluarganya. Mugiyono, ayah Raeni mengaku
hanya bisa mendukung putri bungsunya itu untuk berkuliah agar bisa menjadi guru
sesuai dengan cita-citanya.
"Sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Saya rela
mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan
pesangon," kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu.
Sebagai tukang becak, diakui Mugiyono, penghasilannya tak
menentu, sekitar Rp 10 ribuRp 50 ribu. Karena itu, dia juga bekerja sebagai
penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp 450 ribu per bulan.
Sementara itu, Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman MHum
mengatakan, apa yang dilakukan Raeni membuktikan tidak ada halangan bagi anak
dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi.
"Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi
yang kurang, Raeni tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya. Sampai
saat ini Unnes menyediakan 26 persen dari jumlah kursi yang dimilikinya untuk
mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Kami sangat bangga dengan apa yang diraih
Raeni," kata Fathur Rokhman.
Dia yakin, dalam waktu tak lama lagi akan terjadi
kebangkitan kaum dhuafa. "Anak-anak dari keluarga miskin akan segera tampil
menjadi kaum terpelajar baru. Mereka akan tampil sebagai eksekutif,
intelektual, pengusaha, bahkan pemimpin republik ini," katanya.
Harapan itu terasa realistis karena jumlah penerima
Bidikmisi lebih dari 50.000 per tahun. Unnes sendiri menyalurkan setidaknya
1.850 Bidikmisi setiap tahun.